Ads 720 x 90

Reksi Ridwana | Nyasar Jadi Pesilat


    Di pagi hari yang cerah ini saya mulai meraih laptop untuk membuka akun marketplace yang baru saja berjalan beberapa bulan lalu, saya cek semua dan alhamdulillah semua berjalan dengan baik meski ada beberapa kendala sedikit tapi tak apalah, hal itu akan menjadi salah satu tugas saya untuk menyelesaikannya. pagi ini juga saya punya agenda untuk menulis beberapa artikel, salah satunya tentang pengalaman pribadi menekuni pencak silat.

    pertama kali mengikuti pencak silat hanya sekedar ikut-ikutan temen. Memang di tahun 2010 sedang booming-boomingnya pencak silat di sekolah saya. Selain karena ekstrakuliler baru di sekolah, juga karena promosinya yang menarik menampilkan jurus-jurus yang bagus dan atraksi unik dan tidak masuk akal sehingga menarik minat siswa/i di sekolah kebetulan temen terdekat saya banyak yang ikut ekstrakulikuler pencak silat yang baru ada di sekolah, ya walhasil saya ikut aja keseruan itu mengarah. Hehe

    lagi pula waktu itu saya cuma anak 13 tahun yang baru masuk Sekolah Menengah Pertama yang hobbinya main dengan teman sekolah karena tidak punya teman di kampung sendiri. Saat itu hanya sedikit niatan untuk benar-benar belajar pencak silat. Apalagi menekuninya sampai jadi pelatih pencak silat seperti sekarang. Bahkan kebanyakan dari teman-teman saya yang ikut ekstrakulikler pencak silat hanya ingin di bilang jagoan, termasuk saya tentunya. Hehe
setelah semakin banyak siswa/i yang bergabung dan ikut latihan, akhirnya timbul juga keinginan mengikuti ekstrakulikuler pencak silat, akhirnya saya dan beberapa teman saya mendaftar untuk masuk ekstrakulikuler pencak silat, saya dan teman-teman memberanikan diri menghadap kaka pelatih yang di tugaskan melatih pencak silat di sekolah saya, kebetulan cara daftarnya mudah tidak harus mengisi formulir atau administrasi lainnya yang penting ada semangat untuk latihan dan izin dari orangtua masing-masing.

    Awal-awal latihan berjalan seperti biasa, latihan hanya seminggu sekali. Dengan penekanan lebih pada fisik  dan kedisiplinan. Setelah latihan berjalan beberapa bulan ada tradisi unik di pencak silat yang mungkin juga terjadi di ekstrakulikuler lain. Semakin lama latihan maka semakin banyak anggota pencak silat yang mengundurkan diri dengan alasan yang bermacam macam. Seiring berjalan nya waktu saya sadar untuk terus menekuni ekstrakulikuler pencak silat ini karena sudah banyak teman saya yang mengundurkan diri.

    Dalam menjalani sesuatu tanpa ketekunan dan kesabaran mungkin akan berakhir dengan kegagalan. Begitu juga dalam latihan pencak silat, khususnya bagi saya. Dari bulan ke bulan samapi tahun ke tahun latihan semakin berat, tanpa ketekunan dan kesabaran mungkin juga akan bernasib sama dengan yang lain, berhenti di tengah jalan. Ada saja rintangan yang membuat semangat kendor. Seperti malas latihan, ingin liburan dan semacamnya. Bagi yang kurang serius dalam menekuni sebuah bidang, akan mudah melemahkan semangat dan akhirnya berhenti.

    Latihan bela diri pencak silat agak sedikit berbeda dengan latihan olahraga lain. Yang paling mencolak dalam pencak silat adalah mental, fisik dan kerohanian. Semua itu bisa di lalui dengan keseriusan yang ekstra dan kesabaran.

    Pencak silat adalah olahraga yang tidak hanya mengutamakn fisik saja di  pencak silat juga ada kerohanian yang terkandung di dalamnya. Yang paling berkesan selama saya latihan pencak silat adalah rasa kekeluargaan sesama murid dan guru yang begitu tinggi. Rasa kekeluargaan itu benar-benar terasa bahkan ketika kita sudah tidak lagi latihan pencak silat di perguruan.saya melihat sendiri saat ada murid yang sudah lama tidak latihan lalu berkunjung ke perguruan hampir semua teman-teman di perguruan menyambutnya dengan hangat dan menjungjung tinggi adab yang berlaku di perguruan. Ya mungkin inilah hasil gemblengan mental dari pelatih hingga persaudaraan secara otomatis terjalin mengakar pada setiap anggota pencak silat.

    Ada banyak pengalaman yang saya alami saat saya latihan pencak silat.aplagi pada saat awal-awal latihan. Saya akan menceritakan beberapa momen-momen penting yang mungkin sedikit menarik untuk kalian simak.

    Mungkin ini pengalaman yang agak kurang baik untuk saya ceritakan tapi ini memang salah satu pengalaman saya sekaligus penyesalan saya yang saya ingat sampai sekarang. Pas awal-awa latihan saya dan teman-teman datang untuk berlatih lalu latihan di barisan paling belakang, di situ kami tidak serius mengikuti latihan hanya sesekali mengikuti intruksi dari pelatih selebihnya hanya main-main dan tertawa kecil melihat teman-teman yang lelah mengikuti latihan pernafasan untuk menguatkan daya tahan tubuh dengan serius dan hasilnya saya tertinggal satu materi yang tidak bisa saya kuasai sampai sekarang yaitu teknik pernafasan, saya bisa malakukan teknik ini tapi tidak sesempurna murid lain yang latihan dengan serius.

    Pengalaman kedua saya ini adalah pengalam paling berkesan selama saya mengikuti latihan pencak silat sampai sekarang saya sudah menjadi pelatih. tahun 2014 pertama kalinya saya ikut Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (02SN) tingkat SMA, sebagai atlit pencak silat kategori tanding kelas D putra. Pertandingan pertama saya ini adalah pengalaman yang paling berkesan karena hasil dari latihan selama bertahun-tahun akan di uji di sini. Pertandingan pertama saya melawan atlit pencak silat dari salah satu sekolah SMA dari kecamatan Cibadak. Petama kali mendengar nama saya di panggil saya langsung menuju ke meja panitia untuk timbang ulang berat badan yang pada akhirnya masuk dan layak untuk bertanding. Setelah timbang ulang nama saya pun di panggil kembali untuk memasuki gelanggang pertandingan, saat kaki mulai menginjak matras rasa gugup, tegang dan takut pun mulai muncul, ya mungkin karna ini pertandingan perdana saya jadi wajar rasa itu mulai muncul. Pertandingan pun di mulai kedua sudut di panggil oleh wasit ke tengah gelanggang, saat pertandingan di mulai saya tidak tau apa yang harus saya lakukan yang ada di pikiran saya hanya maju dan lawan tanpa memikirkan teknik yang sudah saya pelajari, pertandingan pun sudah tak berpola lagi hanya serangan brutal yang saya lancarkan pada lawan, tapi lambat laun saya mulai bisa mengendalikan diri dan mulai mengatur pola serangan serta mulai memakai teknik yang saya pelajari saat latihan. Saya pun keluar sebagai pemenang di pertandingan ini. Pertandingan pertama berakhir masih ada 2 orang yang harus saya lawan agar bisa sampai ke final. Di pertandingan kedua pun saya menang, tapi sayang saya kalah di pertandingan ke tiga oleh lawan yang mungkin latihannya lebih baik dan lebih giat dari saya. saya pun harus puas keluar sebagi juara 3 bersama di kejuaraan itu.

    Tak terasa waktu sudah bejalan sangat lama, saya sudah melewati masa demi masa hingga hampir pada tingkat yang cukup tinggi. Latihan demi latihan pun di tingkatkan oleh pelatih, hingga sampai pada titik di mana latihan sudah mencapai puncaknya. Umumnya murid di Padepokan Pusaka Siliwangi Muda yang masih bertahan merasakan manisnya jerih payah yang sudah di perjuangkan sejak awal. Semakin latihan mendekati titik akhir, pelatih juga menitipkan pesan-pesan moral yang harus saya dan teman-teman pegang teguh di mana pun kita berada nanti.
“Mulai dari meniru sifat air yang selalu mengalir ke bawah yang berarti kita sebagai manusia harus selalu rendah hati dan beradap tasi di mana pun berada. meniru sifat padi yang semakin berisi semakin menunduk yang berarti kita sebagai manusia yang semakin berilmu harus semakin merendah serta menyadari bahwa luasnya langit dan bumi masih luas ilmu sang maha pemberi ilmu”
    Setelah saya di percaya menjadi pelatih di Padepokan Pusaka Siliwangi Muda. saya pun di utus untuk mengikuti pelatihan sebagai wasit juri pencak silat tingkat Kab. Sukabumi, tujuannya agar tidak di curangi di kejuaraan pencak silat. Karena pada saat itu banyak atlit dari perguruan saya yang setipa kali bertanding merasa di curangi oleh wasit dan panitia, dengan alasan atlit yang bertanding melawan siswa dari perguruan saya adalah murid dari wasit yang memimpin pertandingan sehingga siswa dari perguran saya kalah. Ternyata saya salah, setelah saya mengikuti pelatihan wasit juri, saya tau bukan atlit dari perguruan saya yang di curangi tapi ada peraturan pertandingan yang di langgar yang saya tidak tau dan belum saya ajarkan pada atlit di perguruan saya. kembali ke pelatihan wasit juri Kab. Sukabumi, pelatihan pun benar-benar berjalan dengan sakral dan khidmat dengan susunan acara yang sudah tertata dengan persiapan yang sudah matang. Semua berjalan baik sampai semua selesai.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter