Silat Cimande adalah salah satu aliran pencak silat tertua yang telah melahirkan berbagai perguruan silat di Indonesia bahkan di luar negeri. Banyak versi yang menjelaskan tentang berdirinya pencak silat ini, semua komunitas Maenpo Cimande sepakat tentang siapa penemu Maenpo Cimande, semua mengarah kepada Abah Khaer (penulisan ada yang: Kaher, Kahir, Kair, Kaer dan sebagainya. Abah dalam bahasa Indonesia berarti Eyang, atau dalam Bahasa Inggris Great Grandfather). Tetapi yang sering diperdebatkan adalah dari mana Abah Khaer itu berasal dan darimana dia belajar Maenpo. Menurut Bapak Rifai (Guru Pencak Silat Cimande Panca Sakti di Jakarta pada tahun 1993). Pencak Silat aliran Cimande pertama kali diciptakan dari seorang Kyai bernama Mbah Kahir. Mbah Kahir adalah seorang pendekar Pencak Silat yang disegani. Pada pertengahan abad ke XVIII (kira-kira tahun 1760), Mbah Kahir pertama kali memperkenalkan kepada murid-muridnya jurus silat. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai Guru pertama silat Cimande. Pahlawan Betawi yaitu Si Pitung dipercaya juga berasal dari aliran perguruan silat ini. Mbah Khair juga memiliki murid bernama Mbah Datuk dan Mbah Jago dari Sumatera Barat. Kemudian keduanya menyebarkan silat Cimande di tempat mereka berasal, sehingga bisa dikatakan bahwa Pencak Silat Cimande adalah saudara tua dari pencak silat, termasuk Silek Minang yang berasal dari Sumatera Barat.
Sejarah Aliran Pencak Silat Cimande
Ada 3 versi utama yang sering diperdebatkan, yaitu:
Versi
pertama
Ini adalah versi yang berkembang di daerah Priangan
Timur (terutama meliputi daerah Garut dan Tasikmalaya dan juga Cianjur
selatan). Berdasarkan versi yang ini, Abah Khaer belajar Silat dari istrinya.
Abah Khaer diceritakan sebagai seorang pedagang (dari Bogor sekitar abad 17
sampai abad 18) yang sering melakukan perjalanan antara Batavia, Bogor,
Cianjur, Bandung, Sumedang, dan sebagainya. Dan dalam perjalanan tersebut dia
sering dirampok, itu terjadi sampai istrinya menemukan sesuatu yang berharga.
Suatu waktu, ketika Abah Khaer pulang dari
berdagang, dia tidak menemukan istrinya ada di rumah, padahal saat itu sudah
menjelang sore hari, dan ini bukan kebiasaan istrinya meninggalkan rumah sampai
sore. Dia menunggu dan menunggu, sampai merasa jengkel dan khawatir, jengkel
karena perut lapar belum diisi dan khawatir karena sampai menjelang tengah
malam istrinya belum datang juga. Akhirnya tak lama kemudian istrinya datang
juga, hilang rasa khawatir, yang ada tinggal jengkel dan marah. Abah Khaer
bertanya kepada istrinya, "Ti mana maneh?" (Dari mana kamu?) tetapi
tidak menunggu istrinya menjawab, melainkan langsung mau menempeleng istrinya.
Tetapi istrinya malah bisa menghindar dengan indahnya, dan membuat Abah Khaer
kehilangan keseimbangan. Ini membuat Abah Khaer semakin marah dan mencoba terus
memukul, tetapi semakin mencoba memukul dengan amarah, semakin mudah juga
istrinya menghindar. Ini terjadi terus sampai Abah Khaer jatuh kelelahan dan
menyadari kekhilafannya, dan bertanya kembali ke istrinya dengan halus "Ti
mana anjeun teh Nyi? Tuluy ti iraha anjeun bisa Ulin?" (Dari mana kamu?
Lalu dari mana kamu bisa "Main"?).
Akhirnya istrinya menjelaskan bahwa ketika tadi pagi
ia pergi ke sungai untuk mencuci dan mengambil air, ia melihat Harimau
berkelahi dengan 2 ekor monyet (Salah satu monyet memegang ranting pohon).
Saking indahnya perkelahian itu sampai-sampai ia terkesima, dan memutuskan akan
menonton sampai beres. Ia mencoba mengingat semua gerakan baik itu dari Harimau
maupun dari Monyet, untungnya baik Harimau maupun Monyet banyak
mengulang-ngulang gerakan yang sama, dan itu mempermudah ia mengingat semua
gerakan. Pertarungan antara Harimau dan Monyet sendiri baru berakhir menjelang
malam.
Setelah pertarungan itu selesai, ia masih terkesima
dan dibuat takjub oleh apa yang ditunjukan Harimau dan Monyet tersebut.
Akhirnya ia pun berlatih sendirian di pinggir sungai sampai betul-betul
menguasai semuanya, dan itu menjelang tengah malam. Apa yang ia pakai ketika
menghindar dari serangan Abah Khaer, adalah apa yang ia dapat dari melihat
pertarungan antara Harimau dan Monyet itu. Saat itu juga, Abah Khaer meminta
istrinya mengajarkan dia. Ia berpikir, 2 kepala yang mengingat lebih baik
daripada satu kepala. Ia takut apa yang istrinya ingat akan lupa. Dia berhenti
berdagang dalam suatu waktu, untuk melatih semua gerakan itu, dan baru
berdagang kembali setelah merasa mahir. Diceritakan bahwa dia bisa mengalahkan
semua perampok yang mencegatnya, dan mulailah dia membangun reputasinya di
dunia persilatan.
Jurus yang dilatih
Jurus Harimau/Pamacan (Pamacan, tetapi mohon
dibedakan pamacan yang “black magic” dengan jurus pamacan. Pamacan black magic
biasanya kuku menjadi panjang, mengeluarkan suara-suara aneh, mata merah dan
lain-lain).
Jurus Monyet/Pamonyet (Sekarang sudah sangat jarang
sekali yang mengajarkan jurus ini, dianggap punah).
Jurus Pepedangan (ini diambil dari monyet satunya
lagi yang memegang ranting).
Cerita di atas sebenarnya lebih cenderung mitos,
tidak bisa dibuktikan kebenarannya, walaupun jurus-jurusnya ada . Maenpo
Cimande sendiri dibawa ke daerah Priangan Timur dan Cianjur selatan oleh
pekerja-pekerja perkebunan teh. Hal yang menarik adalah beberapa perguruan tua
di daerah itu kalau ditanya darimana belajar Maenpo Cimande selalu menjawab
"ti indung" (dari ibu), karena memang mitos itu mempengaruhi budaya
setempat, jadi jangan heran kalau di daerah itu perempuan pun betul-betul mempelajari
Maenpo Cimande dan mengajarkannya kepada anak-anak atau cucu-cucunya, seperti
halnya istrinya Abah Khaer mengajarkan kepada Abah Khaer.
Perkembangannya Maenpo Cimande sendiri sekarang di
daerah tersebut sudah diajarkan bersama dengan aliran lain (Cikalong, Madi,
Kari, Sahbandar, dan lain-lain). Beberapa tokoh yang sangat disegani adalah
K.H. Yusuf Todziri (sekitar akhir 1800 – awal 1900), Kiai Papak (perang
kemerdekaan, komandannya Mamih Enny), Kiai Aji (pendiri Gadjah Putih Mega Paksi
Pusaka, perang kemerdekaan), Kiai Marzuk (Maenpo H. Marzuk, zaman penjajahan
Belanda), dan lain-lain.
Versi
kedua
Menurut versi kedua, Abah Khaer adalah seorang ahli
maenpo dari Kampung Badui. Dia dipercayai sebagai keturunan Abah Bugis (Bugis
di sini tidak merujuk kepada nama suku atau daerah di Indonesia Tengah). Abah
Bugis sendiri adalah salah seorang Guru ilmu perang khusus dan kanuragaan untuk
prajurit pilihan di Kerajaan Padjadjaran dahulu kala. Kembali ke Badui,
keberadaan Abah Khaer di Kampung Badui mengkhawatirkan sesepuh-sesepuh Kampung
Badui, karena saat itu banyak sekali pendekar-pendekar dari daerah lain yang
datang dan hendak mengadu jurus dengan Abah Khaer, dan semuanya berakhir dengan
kematian. Kematian karena pertarungan di tanah Badui adalah "pengotoran"
akan kesucian tanah Badui.
Karena itu, pimpinan Badui (biasa dipanggil Pu’un)
meminta Abah Khaer untuk meninggalkan Kampung Badui, dengan berat hati, Abah
Khaer pun pergi meninggalkan Kampung Badui dan bermukim di desa Cimande-Bogor.
Tetapi, untuk menjaga rahasia-rahasia Kampung Badui (terutama Badui dalam),
Abah Khaer diminta untuk membantah kalau dikatakan dia berasal dari Badui, dan
orang Badui (Badui dalam) pun semenjak itu diharamkan melatih Maenpo mereka ke
orang luar, jangankan melatih, menunjukan pun tidak boleh. Satu hal lagi, Abah
Khaer pun berjanji untuk “menghaluskan” Maenpo nya, sehingga tidak ada lagi
yang terbunuh dalam pertarungan, dan juga dia berjanji hanya akan memakai dan
memanfaatkannya untuk kemanusiaan. Oleh karena itu, dahulu beberapa Guru-guru
Cimande tua tidak akan menerima bayaran dari muridnya yang berupa uang, lain
halnya kalau mereka memberi barang misalnya beras, ayam, gula merah atau
tembakau sebagai wujud bakti murid terhadap Guru. Barang-barang itupun, oleh
Guru tidak boleh dijual kembali untuk diuangkan.
Versi kedua ini banyak diadopsi oleh komunitas
Maenpo dari daerah Jawa Barat bagian barat (Banten, Serang, Sukabumi,
Tangerang, dan sebagainya). Mereka juga mempercayai beberapa aliran tua di sana
awalnya dari Abah Khaer, misalnya Sera. Penca Sera berasal dari Uwak Sera yang
dikatakan sebagai salah seorang murid Abah Khaer (ada yang mengatakan anak,
tetapi paham ini bertentangan dengan paham lain yang lebih tertulis). Penca
Sera sendiri sayangnya sekarang diakui dan dipatenkan di Amerika oleh orang
Indo-Belanda sebagai beladiri keluarga mereka.
Versi
ketiga
Versi ketiga inilah yang "sedikit" ada
bukti-bukti tertulis dan tempat yang lebih jelas. Versi ini pulalah yang
dipakai oleh keturunan dia di Kampung Tarik Kolot – Cimande (Bogor). Meskipun
begitu, versi ini tidak menjawab tuntas beberapa pertanyaan, misal: Siapa
genius yang menciptakan aliran Maenpo ini yang kelak disebut Maenpo Cimande.
Abah Khaer diceritakan sebagai murid dari Abah
Buyut, masalahnya dalam budaya Sunda istilah Buyut dipakai sebagaimana
"leluhur" dalam Bahasa Indonesia. Jadi Abah Buyut sendiri merupakan
sebuah misteri terpisah, darimana dia belajar Maenpo ini, apakah hasil
perenungan sendiri atau ada yang mengajari? Yang pasti, di desa tersebut,
tepatnya di Tanah Sareal terletak makam leluhur Maenpo Cimande yaitu Abah
Buyut, Abah Rangga, Abah Khaer, dan lain-lain.
Abah Khaer awalnya berprofesi sebagai pedagang (kuda
dan lainnya), sehingga sering bepergian ke beberapa daerah, terutama Batavia.
Saat itu perjalanan Bogor-Batavia tidak semudah sekarang, bukan hanya perampok,
tetapi juga Harimau, Macan Tutul dan Macan Kumbang. Tantangan alam seperti
itulah yang turut membentuk beladiri yang dikuasai Abah Khaer ini. Disamping
itu, di Batavia Abah Khaer berkawan dan saling bertukar jurus dengan beberapa
pendekar dari Tiongkok dan juga dari Sumatera. Dengan kualitas basic
beladirinya yang matang dari Guru yang benar (Abah Buyut), juga tempaan dari
tantangan alam dan keterbukaan menerima kelebihan dan masukan orang lain, secara
tidak sadar Abah Khaer sudah membentuk sebuah aliran yang dahsyat dan juga
mengangkat namanya.
Saat itu (sekitar 1700-1800) di Cianjur berkuasa
Bupati Rd. Aria Wiratanudatar VI (1776-1813, dikenal juga dengan nama Dalem
Enoh). Sang bupati mendengar kehebatan Abah Khaer, dan memintanya untuk tinggal
di Cianjur dan bekerja sebagai "pamuk" ( pamuk dalam Bahasa Sunda
artinya Guru beladiri) di lingkungan Kabupatian dan keluarga bupati. Bupati
Aria Wiratanudatar VI memiliki 3 orang anak, yaitu: Rd. Aria Wiranagara (Aria
Cikalong), Rd. Aria Natanagara (Rd.Haji Muhammad Tobri) dan Aom Abas (ketika
dewasa menjadi Bupati di Limbangan-Garut). Satu nama yang patut dicatat di sini
adalah Aria Wiranagara (Aria Cikalong), karena dialah yang merupakan salah satu
murid terbaik Abah Khaer dan nantinya memiliki cucu yang
"menciptakan" aliran baru yang tak kalah dasyat.
Sepeninggal Bupati Aria Wiratanudatar VI (tahun
1813), Abah Khaer pergi dari Cianjur mengikuti Rd. Aria Natanagara yang menjadi
Bupati di Bogor. Mulai saat itulah dia tinggal di Kampung Tarik Kolot – Cimande
sampai wafat (Tahun 1825, usia tidak tercatat). Abah Khaer sendiri memiliki 5
orang anak, seperti yang dapat dilihat di bawah ini. Mereka inilah dan
murid-muridnya sewaktu dia bekerja di kabupaten yang menyebarkan Maenpo Cimande
ke seluruh Jawa Barat.
Sayangnya image tentang Abah Khaer sendiri tidak
ada, cuma digambarkan bahwa dia: "selalu berpakain kampret dan celana
pangsi warna hitam. Dan juga dia selalu memakai ikat kepala warna merah,
digambarkan bahwa ketika dia "ibing" di atas panggung penampilannya
sangat ekspresif, dengan badan yang tidak besar tetapi otot-otot yang berisi
dan terlatih baik, ketika "ibing" (menari) seperti tidak mengenal
lelah. Terlihat bahwa dia sangat menikmati tariannya tetapi tidak kehilangan
kewaspadaannya, langkahnya ringan bagaikan tidak menapak panggung, gerakannya
selaras dengan kendang ("Nincak kana kendang" – istilah sunda).
Penampilannya betul-betul tidak bisa dilupakan dan terus diperbincangkan."
(dari cerita/buku Pangeran Kornel, legenda dari Sumedang, dalam salah satu
bagian yang menceritakan kedatangan Abah Khaer ke Sumedang, aslinya dalam
Bahasa Sunda, pengarang Rd Memed Sastradiprawira).
Tujuan dari Pencak Silat Cimande ini yaitu untuk:
- Terwujudnya kesadaran yang mendalam tentang jiwa pencak silat Cimande sehingga dapat mengamalkan secara konsekuen. Sebagai insan hamba Allah, sebagai insan Sosial Budaya, sebagai insan pencak silat Cimande, dan sebagai insan Warga Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
- Terwujudnya keluarga besar pencak silat Cimande yang taat dan saleh dalam melaksanakan ibadah sesuai dengan agama yang diyakini masing-masing.
- Terwujudnya pembinaan tradisi, adat istiadat dan ajaran yang mempunyai nilai-nilai luhur yang selaras dengan kehidupan dan tata kehidupan pancasila dan UUD 1945.
- Terwujudnya sikap dan prilaku hidup serta amal perbuatan keluarga besar pencak silat Cimande yang berpedoman pada Taleq.
- Terwujudnya dan terpeliharanya identitas anggota keluarga besar pencak silat Cimande dimana saja mereka berada.
Taleq Cimande
Pencak silat Cimande adalah seni budaya bela diri
yang mengandung nilai-nilai , norma-norma maupun perilaku yang di junjung
tinggi dan diwariskan dari leluhur Cimande kepada generasi-generasi secara
turun-temurun sebagai hasil proses sejarah dan merupakan tradisi dalam
kehidupan masyarakat keluarga besar pencak silat Cimande berdasarkan taleq . Di
dalam kehidupan keluarga besar pencak silat Cimande , Taleq ini merupakan kode
etik yang harus ditaati dan ditepati oleh keluarga besar Cimande dengan
sebaik-baiknya.
Taleq Cimande sebagai kebudayaan telah menunjukan nilai-nilai hidup dan makna susila yang berjiwa selaras dengan Pancasila, merupakan pendukung penghayatan nilai-nilai yang luhur dari Budaya Indonesia.
- Harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
- Jangan melawan kepada ibu dan bapak serta orang yang sudah tua.
- Jangan melawan kepada guru dan ratu (pemerintah).
- Jangan judi dan mencuri.
- Jangan ria takabur dan sombong.
- Jangan berbuat zina.
- Jangan bohong dan licik.
- Jangan mabuk-mabukan dan menghisap madat.
- Jangan jahil, menganiaya sesama makhluk Tuhan.
- Jangan memetik tanpa izin mengambil tanpa minta.
- Jangan suka iri hati dan dengki.
- Jangan suka tidak membayar hutang.
- Harus sopan santun, rendah hati,ramah tamah dan saling menghargai sesama manusia.
- Berguru Cimande bukan untun gagah-gagahan, kesombongan, dan ugal-ugalan, tapi untuk mencari keselamatan dunia dan akherat.
- Hakikat kepribadian Taleq Cimande
- Adanya kesadaran terhadap Allah SWT.
- Memiliki kesadaran menjadi warga Negara yang taat dan patuh kepada pemerintah.
- Mempunyai nilai-nilai hidup atau budi pekerti yang luhur dan makna kesusilaan.
- Mempunyai kesadaran untuk memelihara kerukunan hidup, persatuan dan kesatuan bangsa, dan kerukunan dalam kehidupan beragama.
- Hakikat insan pencak silat Cimande
- Insan yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya.
- Anggota masyarakat yang mengutamakan kekeluargaan dan gotong royong.
- Warga Negara yang taat dan patuh kepada pemerintah.
Manusia yang beramal, menjunjung tinggi serta
menghormati adat istiadat yang telah turun temurun menjadi sendi-sendi
kehidupan masyarakat dan bangsa , memelihara tradisi bangsa dalam rangka
pelestarian nilai-nilai perjuanagan, menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman
dan mempunyai rasa tanggung jawab dalam menegakan kebenaran dan keadilan rakyat
Indonesia. Sebagaimana yang telah ditunjukan oleh generasi 45 Cimande pada
waktu revolusi fisik untuk menghancurkan penjajahan dari muka bumi Indonesia,
telah berjuang mati-matian dengan semangat patriotisme yang tinggi, sehingga
laskar rakyat Cimade telah disegani oleh lawan maupun kawan.
Sikap dan perilaku hidup
Taleq Cimande pada dasarnya merupakan landasan
falsafah sebagai pegangan hidup keluarga besar pencak silat Cimande. Dengan
pegangan hidup itu mereka dapat kuat tidak terombang ambing dalam perjalanan
hidupnya, karena dengan falsafahnya itu jelas pula apa yang menjadi dasar
tujuannya. Oleh karena itu sikap dan perilaku hidup insan pencak silat Cimande
berdasarkan taleq sebagai berikut:
Harus Taat dan Taqwa kepada Allah dan Rasul-Nya
Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya
menyadari bahwa sebagai insan hamba Tuhan yang Maha Esa yaitu manusia susila
yang beriman dan bertaqwa kepada-Nya, Pemeluk agama yang saleh mengakui adanya
Tuhan, Kekuasaannya, Keadilannya, dan hidup matinya berada di tangannya. Sikap
dan Perilakunya:
Bagi mereka yang beragama Islam, wajib melaksanakan
shalat lima waktu sehari semalam, melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya,
serta menjauhi segala larangan Allah dan Rasul-Nya.
Bagi mereka yang bukan agama Islam, wajib
melaksanakan ajaran agamanya sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan kepada
Tuhan yang Maha Esa.
Jangan Melawan kepada Ibu dan Bapak serta Orang yang
Sudah Tua
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya
menyadari, bahwa mereka sejak dikandung dan dilahirkan sampai dewasa telah
menjadi beban ibu dan bapak dan orang-orang tua lainnya, baik di dalam
lingkungan rumah tangga maupun dalam lingkungan lainnya atau masyarakat. Sikap
dan Perilakunya:
Sebagai anak yang saleh dan taat kepada ibu dan
bapaknya serta orang tua lainnya, karena orang tua lain mempunyai banyak
pengetahuan dan pengalaman yang dapat di jadikan tempat bertanya disamping ibu
dan bapak.
Tunduk dan patuh kepada kakak-kakak dan yang lebih
tua, karena kakak atau yang lebih tua, kalu mereka pria maka akan dapat
dijadikan sebagai pengganti bapak, sedangkan kalau wanita sebagai pengganti
ibu.
Ramah tamah dan setia kawan dangan yang sebaya
karena mereka akan menjadi teman seperjuangan dan senasib sepenanggungan dalam
menghadapi kesulutan hidup.
Ramah tamah dan baik hati kepada adik-adik dan
kepada yang lebih muda , karena meraka akan dapat membantu bila diperlukan
sewaktu-waktu.
Jangan Melawan Kepada Guru dan Ratu (Pemerintah)
Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya
menyadari bahwa Guru adalah sumber ilmu yang telah mengendap dalam pribadi
masing-masing selama ini. Begitu pula mereka atau orang-orang yang suka
memberikan petunjuk kejalan yang benar untuk keselamatan dan kebahagiaan di
dunia maupun di akherat harus dianggap sebagai guru, mereka harus mendapatkan
perlakuan sebagaiman yang diberikan kepada guru. Pemerintah adalah pelindung
rakyat memajukan kesejahteraan rakyat, mencerdaskan rakyat dalam kehidupan
masyarakat dan lain-lain. Sikap dan Perilakunya:
Sebagai insan yang bermoral yang menjunjung tinggi
serta menghormati adat istiadat, harus taat dan patuh serta mengikuti perintah
dan petunjuk guru.
Mengikuti petunjuk-petunjuk orang yang membawa
kejalan yang benar di dunia dan akherat.
Sebagai Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia
mematuhi dan mentaati segala ketentuan pemerintah, pancasila dan UUD 1945.
Jangan Judi dan Mencuri
Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya
menyadari bahwa judi dan mencuri adalah perbuatan yang dilarang oleh agama
maupun pemerintah, karena perbuatan tersebut merupakan pangkal kejahatan. Sikap
dan Perilakunya:
Menjauhi segala perbuatan yang mengarah kepada
perjudian.
Mengendalikan diri dari keinginan mendapatkan
sesuatu yang gampang.
Jangan Ria, Takabur dan Sombong
Setiap insan pencak silat Cimande hendaknya
menyadari bahwa ria, takabur dan sombong adalah suatu perbuatan yang didorong
oleh nafsu yang buruk yang merupakan bujukan syetan, dalam pergaulan akan
dibenci dan dijauhi teman, dalam masyarakat dapat menimbulkan perselisihan
akibat ulah tersebut, akhirnya mengancam kerukunan hidup dalam masyarakat.
Sikap dan Perilakunya:
Selalu mawas diri, mengakui kelemahan dan kekurangan
sendiri serta untuk memperbaikinya.
Jangan Berbuat Zina
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya
menyadari bahwa berbuat zina dan memperkosa wanita adalah perbuatan yang tidak
bermoral dan biadab melanggar kesusilaan dan ajaran agama yang mendapat kutukan
didunia dan akhirat. Sikap dan Perilakunya:
Hargailah derajat kaum wanita.
Mengendalikan hawa nafsu yang mengarah kepada
pelanggaran kesusilaan.
Jangan Bohong dan Licik
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya
menyadari bahwa bohong dan licik adalah suatu perbuatan yang tidak terpuji,
dapat menghilangkan kewibawaan dan kepercayaan orang , menimbulkan kesukaran
dalam pergaulan dan menjadi rintangan dalam segala kegiatan, akhirnya akan
menimbulkan frustasi pada diri sendiri. Sikap dan Perilakunya:
Bersikap jujur dan loyal terhadap siapapun.
Bermusyawarahlah dalam menghadapi persoalan di dalam
menyelesaikan suatau masalah.
Jangan Mabuk-mabukan, Menghisap Madat dan Sebaginya
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya
menyadari bahwa minuman keras, candu, ganja dan sebagainya dapat merusak
keseimbangan tubuh, kesehatan jasmani dan rohani. Kemudian dapat mengarah
kepada perbuatan kejahatan yang menggangu keamanan dan ketertiban umum,
sehingga mempengaruhi moral dan moril masyarakat dan bangsa. Sikap dan
Perilakunya:
Menjauhkan diri dari minuman keras, candu dan sebagainya.
Menghindiri dari keinginan untuk mencoba sekadar
ingin mengetahui rasanya.
Jangan Jahil Menganiaya Sesama Mahkluk Allah
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya
menyadari bahwa jahil, aniaya terhadap sesame makhluk Allah adalah perbuatan
yang tidak mempunyai rasa kemanusiaan dan merupak sikap yang tidak terpuji.
Sikap dan Perilakunya:
Tidak berbuat kasar, bengis dan sadis.
Mengendalikan hawa nafsu buruk.
Jangan Memetik Tanpa Izin Mengambil Tanpa Minta
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya
menyadari bahwa perbuatan tersebut walaupun sifatnya hanya iseng saja tidak
didorong oleh kebutuhan yang mendesak, namun perbuatan itu hukumnya mencuri,
maling namanya, hal ini bisa menimbulkan salah paham dalam hubungan
kekeluargaan dan kerukunan hidup Sikap dan Perilakunya:
Jangan iseng tertarik oleh sesuatu, bila perlu terus
terang.
Minta maaf bila sudah telanjur.
Jangan Suka Iri Hati dan Dengki
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya
menyadari bahwa perbuatan iri hati dan dengki terhadap siapapun menunjukan
seseorang yang tidak percaya akan kekuasaan, keadailan dan kodrat Allah SWT
segala sesuatau berada di tangan Allah, nasib, derajat, dan harkat manusia
berada di tangannya. Sikap dan Perilakunya:
Menyadari akan kodrat Allah SWT.
Berdo’alah kepada Allah untuk mendapatkan rahmat dan
karunianya.
Menghilangkan rasa iri hati dan dengki terhadap
manusia.
Jangan Suka Tidak Mau Membayar Hutang
setiap insan pencak silat cimande hendaknya
menyadari bahwa meninggalkan hutang berlarut-larut sema dengan mematikan
kehidupan orang lain dan mengancam penghidupan seluruh keluarganya. Sikap dan
Perilakunya:
Membiasakan hidup sederhana dan tidak boros.
Menyesuaikan kebutuhan dengan kemampuan.
Harus Sopan Santun, Rendah Hati, Ramah Tamah Saling
Harga Menghargai di antara Sesama Manusia
Setiap insan pencak silat cimande hendaknya
menyadari bahwa sikap dan perilaku demikian di dalam pergaulan sehari-hari di
dalam kehidupan masyarakt sendiri akan memupuk dan mengikat keakraban ,
mempererat kerukunan, memperkokoh persatuan dan kesatuan , sedangkan pergaulan
tersebut di dalam kehidupan dengan bangsa –bangsa lain akan menunjukan
kepribadian bangsa Indonesia yang luhur dan berbudi. Sikap dan Perilakunya:
Silih asah, silih asih, dan silih asuh.
Pergaulan yang luwes, tidak menyendiri.
Tidak membedakan, harkat, derajat, serta martabat
seseorang, kesukuan dan golongan.
Berguru pencak silat cimande bukan untuk
gagah-gagahan, kesombongan, dan ugal-ugalan, tetapi untuk mencari selamat dunia
dan akhirat
Taleq yang terakhir ini sesungguhnya merupakan amanah
dari leluhur cimande kepada keturunannya dan kepada keluraga besar pencak silat
cimande, untuk diperingatkan kepada setiap orang yang berguru pencak silat
cimande, pertama-tama mereka harus beritikad demi keselamatn di dunia dan
akhirat.
Menyelewengkan taleq berarti mereka harus menanggung
sendiri akibatnya, Setiap orang yang akan berguru pencak silat cimande harus
menyatakan kesetian dan kepatuhannya untuk mengamalkan taleq sebagai berikut:
Panca Setia
- Kami insan pencak silat cimande yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
- Kami insan pencak silat cimande yang patuh dan taat kepada pemerintah Republik Indonesia, Pancasila dan UUD 1945.
- Kami insan pencak silat cimande yang patuh dan taat kepada ibu dan bapak serta orang yang sudah tua.
- Kami Insan pencak silat cimande yang mengutamakan penggunaan pencak silat untuk melerai diri demi kebenaran dan keadailan.
- Kami insan pencak silat cimande yang setia dan menempati janji serta mengamalkan dan mengamankan taleq cimande.
Janji ini di ucapkan oleh setiap insan pencak silat
cimande uantuk menunjukan bahwa mereka berjanji untuk mengemalkan dan
mengamankan taleq .
Janji ini disebut "Janji Seti Insan Pencak Silat Cimande".
Jurus-Jurus Dasar Silat Cimande:
- Kelid
- Selup
- Pamonyet
- Tungkup Selup
- Serong Gigir
- Tangkeupan
- Bolang-Baling
- Timpah Sabeulah
- Timpah Dua
- Buang Kelid Dibeulah
- Sambeuran
- Kelid Timpah Pamonyet
- Pangerodan
- Teke
- Tewak Teke
- Tewakan
- Tewak Jero
- Turugtug
- Ajulan
- Kelid timpah Potongan
- Koreh Pamonyet
- Timpah Tilu
- Pakalah
Amal dan Perbuatan
Panca setia insan pencak silat cimande bukan hanya
dinyatakan dengan ucapan saja, tetapi harus diwujudkan dengan amal perbuatan
dalam pengembangan dan pengamalan hakikat kepribadian taleq, amal perbuatan
dalam lingkungan keluarga dan amal perbuatan dalam lingkungan masyarakat,
bangsa dan negara.
Dalam Pengembangan Kepribadian Taleq
Dalam rangka pengembangan taleq secara perorangan
dengan penuh keyakinan, berkewajiban untuk senantiasa berusaha:
Meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.
Menghayati dan Mengamalkan taleq.
Memupuk Sikap mental yang mencerminkan kesadaran
untuk turut mendukung penghayatan dan pengamalan serta pengamanan taleq.
Dalam Pengamalan Kepribadian Taleq
Dalam rangka pengamalan kepribadian taleq agar
mengutamakan kesederhanaan dalam:
Sikap dan tutur kata harus menggunakan bahasa yang
baik, membiasakan diri berbicara dengan menggunakan Bahasa Indonesia, sopan
santun dan tahu menempatkan diri.
Cara berpakaian, tidak berlebih-lebihan sehingga
memperlihatkan gejala-gejala menonjolkan diri ingin lain daripada yang lain.
Keadaan rumah tangga, disesuaikan dengan keadaan
lingkungan setempat, tidak menunjukan hal-hal yang dapat menimbulkan pandangan
buruk (negatif).
Dalam pergaulan, ramah tamah, tidak menunjukan sikap
menyendiri, selalu bersedia memberikan bantuan pikiran, tenaga,maupun harta
sesuai kemampuan kita.
Perbuatan lainnya, merupakan suri tauladan yang
bersifat membangun dan bergotong royong.
Membina dan Memimpin Keluarga Sendiri
Dalam usaha membina dan memimpin keluarga dalam
lingkungan sendiri ( anak, istri, saudara) agar berguna dan bermanfaat bagi
masyarakat, bangsa, dan Negara, dapat ditempuh dengan langkah-langkah antara
lain sebagai berikut:
Memupuk, memelihara, dan meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah SWT serta ketaatan menjalankan syarat-syaratnya dan amal
ibadah sesuai dengan keyakinan masing-masing terhadap Allah SWT.
Memenuhi dan mencukupi nafkah lahir dan batin.
Mendidik dan membimbing anggota keluarga untuk hidup
sederhana, hemat, tidak boros, dan untuk dapat mengingat hari depan.
Memelihara kerukunan dalam rumah tangga.
Pandai membagi waktu sehingga hal-hal yang merupakan
bagi kesejahteraan keluarga tidak diabaikan.
Senantisa memperhatikan kesulitan yang dihadapi
keluarga, baik lahiriyah maupun bathiniyah.
Memberikan suri tauladan yang baik terutama mental
dan budi pekerti.
Memberikan tuntunan akan hal-hal dan kewajiban hidup
di dalam masyarakat, bangsa dan Negara.
Dalam Lingkungan Masyarakat
Amal perbuatan insan pencak silat cimande dalam
lingkungan masyarakat mencakup banyak hal satu dengan yang lainnya saling
mempengaruhi, kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sabagai berikut:
Ikut serta membantu usaha pemerintah dalam segala
bidang pembangunan.
Ikut serta membina kesadaran masyarakat terhadap
kesadaran bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Ikut serta dalam membina keamanan dan ketertiban
umum.
Ketentuan-ketentuan Umum
Pusat Perguruan Pencak Silat Cimande yang disingkat
P3SC berkedudukan di babakan tarikolot cimande lemah duhur, kecamatan Caringin,
kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Ketua umum P3SC dipegang oleh seorang sesepuh yang
tertua dari keturunan leluhur cimande. Dibantu oleh para sesepuh lainnya,
sesuai dengan proses sejarah kepemimpinan pencak silat cimande yang dilakukan
secara turun temurun.
Para sesepuh keturunan cimande dapat menerima calon
siswa-siswa pencak silat cimande di tempatnya masing-masing atas sepengetahuan
ketua umum P3SC.
Para sesepuh keturunan cimande dapat mengirimkan
guru-guru pencak silat cimande ke perguruan-perguruan pencak silat cimande
diseluruh tanah air dan di luar negeri bila diperlukan dengan membawa surat
perintah tugas dari ketua umum P3SC.
Anggota keluarga besar pencak silat cimande yang
bukan keturunan cimande yang sudah mempunyai kualifikasi pencak silat cimande
dapat mendirikan perguruan pencak silat cimande dengan ketentuan tidak
menyimpang dari taleq cimande dan ketentuan umum.Mendirikan perguruan pencak silat
cimande harus dapat pengesahan dari ketua umum P3SC, hal ini dilakukan demi
terjaminnya pengamalan dan pengamanan serta kelestarian nilai-nilai hakikat
kepribadian pencak silat cimande yanbg sesuai dengan taleq Cimande.
Perguruan pencak silat cimande yang menghasilkan
guru pencak silat cimande berdasarkan penilaian memenuhi syarat kawlifikasi
guru pencak silat cimande dapat mengajukan daftar nama-nama yang diangkat
kepada P3SC untuk dapat mengsahkan dari ketua umum P3SC.
Hal-hal lainnya yang belum tercantum dalam buku
petunjuk dan ketentuan-ketentuan umum akan diatur kemudian dengan melalui
musayawarah seluruh anggota keluarga besar pencak silat cimande
Posting Komentar
Posting Komentar