Seni bela diri
pencak silat bukan hanya sekedar olahraga tetapi dalam filosofinya memiliki
nilai-nilai luhur seperti jiwa ksatria, keberanian, sportifitas, dan semangat
perjuangan. Hal ini tidak terlepas dari sejarahnya pencak silat lahir di
samping untuk membela diri juga sebagai kemampuan yang mumpuni dalam hal
spiritualnya.
Bela diri pencak
silat sekarang ini selain mempelajari teknik-teknik seni bela dirinya juga
melatih teknik dasar yang ekstra untuk melatih power, speed dan daya tahan
tubuh Seperti latihan pernafasan, pertahanan, kekuatan menahan pukulan dan
sebagainya. sementara pencak silat seni tradisional lebih banyak berlatih jurus
untuk menemukan kekuatan dari dalam jurus itu sendiri dan filosofinya dari pada
berlatitih ketahanan fisik.
Bala diri pencak
silat setelah banyak di pertandingkan di kejuaraan pencak silat banyak yang
membandingkan hasil latihan dengan yang terlihat di pertarungan kejuaraan
pencak silat. setiap perguruan pencak silat memiliki aliran yang khas dan pola
latihan yang berbeda-beda. jika di pandang dari sudut pertandingan pencak silat
ketegori tanding 1 lawan 1. Pola latihan dengan berbagai cara untuk menguatkan
fisik dan teknik dasar yang bagus akan menghasilkan hasil dengan lebih cepat
dan jika di pandang dari sudut pertandingan pencak silat ketegori seni tradisional
yang berlatih menggunakan rasa membutuhkan waktu yang lumayan lama dan ketekunan
terutama latihan rasa yang berprinsip pada “matang bersama usia”.
Mana yang lebih
baik dari kedua latihan tersebut? Baik tidaknya tergantung pada aliran
perguruan yang sesuai dengan tujuan dan cara pandang latihannya. Intinya tidak
ada latihan yang lebih baik dan lebih buruk. Latihan tersebut akan menghasilkan
hasilnya sendiri.
Latihan pencak
silat tradisional zaman dulu benarkah tidak ada latihan yang berunsur pada
pengkondisian?. Saya ingin meceritakan pengalaman berlatih kaka seperguruan
saya dari Padepokan Pusaka Siliwangi Muda yang mungkin bisa menjawab pertanyaan
di atas yang kebetulan juga saya alami sendiri dari latihan saya dulu.
Di zaman mereka
latihan dulu selain latihan fisik yang keras latihan jurusnya pun juga cukup
keras. Lari dengan hitungan kilo meter, lari naik turun gunung sebagian dari
pemanasan dan latihan gerakan jurus di atas batu-batu sungai untuk menjaga
keseimbangan. Jurus juga di paksa di lakukan berpuluh-puluh kali sebelum di
idzinkan beristirahat, belum lagi di haruskan melakukan kuda-kuda secara
terus-menerus. Selain itu latihan jurus
perguruan juga bukan berarti tidak tidak melelahkan. Pembentukan kekuatan dan
stamina yang di bangun ketika melakukan jurus juga merupakan sebuah bentuk
perkondisian. Misalnya latihan kuda-kuda yang rendah yang harus di lakukan
denga waktu yang lama untuk membentuk kekuatan juga stamina kaki.
Banyak perguruan
pencak silat sekarang tidak menerapkan latihan seperti yang kaka seperguruan
saya alami pada zaman dulu. Salah satu nya karena kondisi zaman saat ini tidak
memungkinkan seorang pesilat mendapatkan latihan seperti itu. Waktu berlatih
juga tidak bisa selama dulu, waktu latihan jauh lebih terbatas karena saat ini
kebanyakan pesilat dengan tujuan rekreasi dan pengetahuan walaupun masih banyak
juga yang mengarahkan latihannya ke kemampuan bertempur.
“wah kalau
latihan seperti dulu yang di kasih sih bisa langsung bubar tempat latihan ini”
begitulah kira-kira komentar salah satu kaka perguruan saya.
Memang di satu
sisi juga menjadi tantangan tersendiri bagi para praktisi pencak silat untuk
memodernisasi pola latihan yang dulu di dapatkan sehingga sesuai dengan kondisi
saat ini tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisi nya. Sebuah tantangan
sebenarnya agar dapat di terima masa sekarng ini. Tapi terlepas dari mana yang
lebih baik, yang terbaik adalah latihan sebaik-baiknya saja.
Posting Komentar
Posting Komentar