Ads 720 x 90

Latihan Pencak Silat Modern VS Tradisional


Seni bela diri pencak silat bukan hanya sekedar olahraga tetapi dalam filosofinya memiliki nilai-nilai luhur seperti jiwa ksatria, keberanian, sportifitas, dan semangat perjuangan. Hal ini tidak terlepas dari sejarahnya pencak silat lahir di samping untuk membela diri juga sebagai kemampuan yang mumpuni dalam hal spiritualnya.

Bela diri pencak silat sekarang ini selain mempelajari teknik-teknik seni bela dirinya juga melatih teknik dasar yang ekstra untuk melatih power, speed dan daya tahan tubuh Seperti latihan pernafasan, pertahanan, kekuatan menahan pukulan dan sebagainya. sementara pencak silat seni tradisional lebih banyak berlatih jurus untuk menemukan kekuatan dari dalam jurus itu sendiri dan filosofinya dari pada berlatitih ketahanan fisik.
Bala diri pencak silat setelah banyak di pertandingkan di kejuaraan pencak silat banyak yang membandingkan hasil latihan dengan yang terlihat di pertarungan kejuaraan pencak silat. setiap perguruan pencak silat memiliki aliran yang khas dan pola latihan yang berbeda-beda. jika di pandang dari sudut pertandingan pencak silat ketegori tanding 1 lawan 1. Pola latihan dengan berbagai cara untuk menguatkan fisik dan teknik dasar yang bagus akan menghasilkan hasil dengan lebih cepat dan jika di pandang dari sudut pertandingan pencak silat ketegori seni tradisional yang berlatih menggunakan rasa membutuhkan waktu yang lumayan lama dan ketekunan terutama latihan rasa yang berprinsip pada “matang bersama usia”.

Mana yang lebih baik dari kedua latihan tersebut? Baik tidaknya tergantung pada aliran perguruan yang sesuai dengan tujuan dan cara pandang latihannya. Intinya tidak ada latihan yang lebih baik dan lebih buruk. Latihan tersebut akan menghasilkan hasilnya sendiri.
Latihan pencak silat tradisional zaman dulu benarkah tidak ada latihan yang berunsur pada pengkondisian?. Saya ingin meceritakan pengalaman berlatih kaka seperguruan saya dari Padepokan Pusaka Siliwangi Muda yang mungkin bisa menjawab pertanyaan di atas yang kebetulan juga saya alami sendiri dari latihan saya dulu.

Di zaman mereka latihan dulu selain latihan fisik yang keras latihan jurusnya pun juga cukup keras. Lari dengan hitungan kilo meter, lari naik turun gunung sebagian dari pemanasan dan latihan gerakan jurus di atas batu-batu sungai untuk menjaga keseimbangan. Jurus juga di paksa di lakukan berpuluh-puluh kali sebelum di idzinkan beristirahat, belum lagi di haruskan melakukan kuda-kuda secara terus-menerus.  Selain itu latihan jurus perguruan juga bukan berarti tidak tidak melelahkan. Pembentukan kekuatan dan stamina yang di bangun ketika melakukan jurus juga merupakan sebuah bentuk perkondisian. Misalnya latihan kuda-kuda yang rendah yang harus di lakukan denga waktu yang lama untuk membentuk kekuatan juga stamina kaki.

Banyak perguruan pencak silat sekarang tidak menerapkan latihan seperti yang kaka seperguruan saya alami pada zaman dulu. Salah satu nya karena kondisi zaman saat ini tidak memungkinkan seorang pesilat mendapatkan latihan seperti itu. Waktu berlatih juga tidak bisa selama dulu, waktu latihan jauh lebih terbatas karena saat ini kebanyakan pesilat dengan tujuan rekreasi dan pengetahuan walaupun masih banyak juga yang mengarahkan latihannya ke kemampuan bertempur.
“wah kalau latihan seperti dulu yang di kasih sih bisa langsung bubar tempat latihan ini” begitulah kira-kira komentar salah satu kaka perguruan saya.
Memang di satu sisi juga menjadi tantangan tersendiri bagi para praktisi pencak silat untuk memodernisasi pola latihan yang dulu di dapatkan sehingga sesuai dengan kondisi saat ini tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisi nya. Sebuah tantangan sebenarnya agar dapat di terima masa sekarng ini. Tapi terlepas dari mana yang lebih baik, yang terbaik adalah latihan sebaik-baiknya saja.

Related Posts

Posting Komentar

Subscribe Our Newsletter